Saturday, July 24, 2010

Sejarah Habib Idrus bin Salim al-Djufri

HABIB IDRUS BIN SALIM AL-JUFRI
a. Lahir dan Masa Remaja.
Hadramaut adalah kota para wali, disana telah lahir beberapa wali Allah . Salah satu yang lahir di negeri ini ialah seorang wali yang nantinya akan mendirikan lembaga al-Khairat di Sulawesi tengah. Beliau bernama Habib Idrus bin Salim al-Jufri.
Habib Idrus bin Salim al-Jufri lahir pada hari senin 15 Sya’ban 1309 H (1880 M), di kota Taris letaknya kira-kira 3 km dari Saihun di wilayah hadaramaut. Ayah beliau bernama Salim bin Alwiy seorang mukti di Hadramaut, sedangkan ibunya bernama Nur yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan Aru Matoa. Di Wajo Sengkan dari Sulawesi Tengah yang telah lama bermukim di tanah Arab.
Beliau (Habib Idrus bin Salim al-Jufri) lahir dalam keluarga agamis, beliau juga mendapat pelajaran agama di lingkungan keluarga, selain dari pendidikan formal. Sehingga beliau banyak mendapatkan ilmu keagamaan berasal dari ayahanda yang pada saat itu merupakan ulama besar.
Beliau juga belajar di beberapa masjid yakni masjid Ibnu Shilahatau di tempat lain. Semasa mudanya beliau senantiasa menempatkan dirinya dalam waktu belajar. Bahkan tengah malam pun beliau senantiasa belajar sehingga tidak ada waktu kosong yang terbuang di sisi beliau.
Selain belajar secara otodidak beliau juga mempunya guru-guru yang sering memberikan ilmunya di antara guru-guru beliau yaitu Sayyid Muksin bin Alwi al-Saqqaf , Abdurahman bin Umar al-Saqqaf, Muhammad bin Ibrahim Balfaqih, Abdullah bin Husein Shaleh al-Bhardan Idrus bin Umar al-Habsyi.
Dengan guru yang menunjang serta di dorong oleh keinginan pribadi beliau, sehingga beliau dalam usia yang relative muda sudah bisa menghafal al-Qur’an, dan disertai dengan kepandaian dan kecerdasan yang memadai. Bahkan beliau sempat menduduki bangku kuliah yaitu di Perguruan Tinggi Arabithatul Alawiyah di Taris.
Bahkan beliau diangkat menjadi sekertaris Mufti, selang beberapa tahun beliaupun diangkat menjadi mufti menggantikan ayahnya setelah lima tahun menjadi sekretaris mufti. Sehingga nampak sudah kewibaan beliau pada masa itu.
b. Pengembaraan Habib Idrus bin Salim al-Jufri
Sebagai seorang cendikiawan muda beliau memutuskan segala perkara dengan baik dan bijaksana. Bahkan teman-teman seperguruannya di bangku pendidikan meyakini hal itu seperti Muhammad bin saqqaf bin Alwi al-Djufri, Ali bin Maharim, dan Abdul Karim bin Salim bin Hamid.
Habib Idrus pada masa mudanya telah memikirkan masalah masalah politik, bahkan Habib Idrus telah memikirkan penjajahan yang menimpa negaranya. Untuk mencegah Kolonial tersebut beliau menginginkan jalan damai untuk menghilangkan penjajahan dengan cara diplomasi, alasannya sangat mendasar yaitu beliau tidak menyukai peperangan dengan cara menjajah.
Atas dasar pemikiran ini beliau menjalankan diplomasi dengan teman Habib Idrus yaitu Sayed Abdurahman bin Ubaidilah al-Saggaf, diperjalanan mereka berdua bertemu dengan tentara Inggris dan mereka berdua di tahan, karena ditangan mereka terdapat surat untuk menghentikan pejajahan Inggris di Hadramaut. Setelah melakukan perdebatan panjang akhirnya tentara Inggris melepaskan mereka dengan syarat tidak bisa kembali ke kota asal mereka. Pada saat itu teman Habib Idrus memilih mekkah sedangkan Habib Idrus memilih Indonesia.
Awal kedatangan Habib Idrus di Indonesia, berperan sebagai mubalig hal ini berkaitan dengan sosial masyarakat. Ceramah-ceramah yang diberikan habib Idrus masih berada di lingkungan pulau Jawa.
Akan tetapi Habib Idrus mempunyai cita-cita untuk mendirikian sebeuah lembaga, atas dasar pemikiran beliau Kota Palu menjadi pilihannya, alasan Habib belum diketahui hingga sekarang, kebanyakan pengamat yang menagatakan bahwa ini merupakan mimpi beliau sehingga memilih kota Palu, adapula yang mengatakan bahwa habib Idrus sudah cinta dengan kota Palu sejak beliau datang pertama kali dengan ayahanda beliau.
Sebelum beliau ke Kota Palu beliau sempat menjadi pengajar di Madrasah tetapi tidak lama kemudian pindah ke Solo, setelah itu beliau pergi ke Jombang dan di sana beliau bertemu dengan K.H Hasyim Asyari pengasuh pondok Tebuireng di Kabupaten Jombang. K.H Hasyim Asyari ini merupakan tokoh Nahdhatul Ulama. Pada saat itu beliau diberikan kepercayaan menjadi Kepala Sekolah selama dua tahun.
Pada tahun 1929 beliau tiba di Wani atas ajakan Syekh al-Jufri yang berada di Manado. Atas dorongan Syekh al-Jufri yang pada saat itu merekomendasikan Habib Idrus sebagai guru, sebelum merekomendasikan telah terjadi diskusi di rumah Yislam Bakaramah. Setelah itu Habib Idrus disambut ketika datang ke Wani di daerah ini pula Habib Idrus mendapatkan beberapa kenalan dari golongan habib juga di antaranya al-Habib Achmad bin Ali al-MUchdhor, Sayyed Mahmud Rifa’i, Sayyed Ibrahim al-Mahadaly, Sech Thaha al-Saqqaf, Sayyed Abdurahman dan Sayyed Abd Kader.
Setelah pembukaan sekolah di kota Wani maka sekolah tersebut di pindahkan ke kota Palu karena pemerintah Belanda tidak mengizinkan dengan alasan diduga terlibat dengan kegiatan pemberontakan.
Setelah pindah dari Wani maka Kota Palu menjadi lembaga pendidikan agama, sekolah ini berawal dari toko penguasa Bugis dan Donggala yaitu H. Quais, kemudian pindah ke rumah Daeng Marotja. Setelah itu sekolah ini diberi nama oleh Habib Idrus dengan nama al-Khairat yang artinya kebaikan.
c. Perkawinan Habib Idrus bin Salim al-Djufri
Secara singkat penulis akan menceritakan beberapa istri dari Habib Idrus, yang berasal dari Arab mauapun daerah lokal sendiri. Berdasarkan sumber bacaan penulis Habib Idrus bin Salim al-Djufri mempunyai tujuh istri.
Istri pertama Habib Idrus merupakan puteri dari Sayyed Umaar al-Bahly keturunan Ba’bad, pernikahan ini didasari oleh perjodohan, karena di ridhai Allah maka pernikahan ini timbul cinta dan kemesraan. Pernikahan ini melahirkan seorang putrid diberi nama Fathimah. Kemudian Habib Idrus pergi Makkah dan belajar di sana beliau dijodohkan dengan puteri Sayyed Hasan bin Ahmad al-Bahr, pernikahan ini melahirkan tiga orang putera yaitu Muhammad, Ragwan, dan Salim.
Sebagaimana penulis tulis diatas beliau pindah ke Indonesia, akan tetapi kepindahan beliau tidak mengikut sertakan keluarga. Ketika tiba di Indonesia beliau di jodohkan dengan puteri Sayed Thalib al-Djufri yang bernama “Syarifah Aminah” pernikahan ini melahirkan tiga orang puteri yaitu Syarifah Lulu, Syarifah Nikmah, dan Syarifah Masytura.
Kemudian beliau pergi ke pulau Jawa dan disana beliau menikah, akan tetapi sumber yang ditemukan penulis, tidak menyebutkan nama serta keturunan, pernikahan ini tidak menghasilkan keturunan. Kemudian beliau pergi Ke Palu kembali dan disini beliau di jodohkan dengan puteri bangsawan puteri Kaili yang bernama Intje Aminah binti Daeng Sute (Ite) tahun 1931, kemudian pernikahan ini menghasilkan dua orang puteri yaitu Syarifah Saidah dan Siyarifah Sa’diyah.
AKan tetapi sebelum beliau menikah dengan bangsawan Kaili beliau dinikahkan terlebih dahulu oleh Syarifah Kalsum dan pernikahan ini tidak dikaruniai anak. Kemudian beliau sempat menikah dengan Syarifah Haula di Ampana dan pernikahan ini tidak mempunyai keturunan.
d. Wafatnya Habib Idrus bin Salim al-Djufri
Habib Idrus wafat tepat pada hari senin 22 Desember 1969 atau 12 Syawal 1389. Kematian beliau merupakan “ Pukulan Telak” bagi masyarakat Sulawesi tengah khususnya murid-murid beliau. Sebelumnya Habib Idrus telah mengalami sakit dan telah berobat di luar Palu seperti Makassar, Surabaya, dan Jakarta.
Walaupun beliau berasal dari Yaman kota Hadramaut, beliau tidak kembali ke kotanya hingga wafat, beliau sangat cinta dengan kota Palu khususnya madrasah dan murid-muridnya, adapun pesan yang disampaikan Habib Idrus sebelum meninggal yaitu :
 Disembahyangkan di Halaman Perguruan Tinggi Islam al-Khairat
 Tahlil 3 hari berturut-turut dan hari ketujuh taktim dan hari ke-40
 Setiap tahun diadakan upacara Haold
 Upacara penguburan dilaksanan oleh petugas :
Protokol : Ustadz Bachren Thajeb
Memandikan : H. Abdul Hay Abdullah, H hasbullah Asrsyad, H Hasim Maragau
Imam , Sayyed Hasan al-Idrus
Menerima dalam Lahad Abdullah bin Muhammad, Ki Z Beta Lembah, Thaha Bachaid
Pembaca Talqin : H Rustam Arsyad
e. Sifat-Sifat Teladan Habib Idrus bin Salim al-Djufri
1. Keikhlasan Hati dan Bertaqwa
Contoh keikhlasan beliau terlihat dari barang-barang yang telah terjual di Ampana, karena beliau dengan ikhlas memberikan tenaganya dalam menjelaskan barang-barang dagangan nya, bahkan ada pula orang yang meminta untuk membeli surban guru Tua (Habib Idrus), pada saat itu pemuda tadi meminta agar membeli surban yang digunakan, akan tetapi Guru Tua bertanya untuk apa engkau membeli surban yang sudah saya gunakan, seketika pemuda itu menjawab saya bukan menginginkan surbannya akan tetapi saya meminta berkahnya, dengan penuh keikhlasan beliau memberikan surbannya.
Keikhlasan juga bisa terlihat dari beliau mengumpulkan murid-muridnya sehingga menjadi sebuah lembaga termahsyur yang diberi nama al-khairat. Kata al-Khairāt sendiri adalah berbentuk jamak yang artinya kebaikan-kebaikan, makna dibalik itu adalah semangat menebar kebaikan itulah moto dari Habib Idrus.
2. Sifat Patuh Menerima Perintah Allah SWT
Patuhnya Habib menjalankan perintah Allah beserta petunjuk-petunjuknya terlihat jelas dengan beberapa mimpinya yang di aplikasikan dalam memilih lokasi bangunan, mimpi tersebut diyakini oleh habib merupakan petunjuk dari Allah swt. Dengan mengikuti petunjuk tersebut banyak yang puas termasuk masayarakat dan murid-muridnya.
3. Satu kata dan Perbuatan
Maksud dari perkataan ini ialah Habib Idrus selalu teguh dalam perkataan apa yang beliau katakan, artinya dapat memahami apa keinginan orang banyak itu . Apabila Guru Tua memberikan petunjuknya diusahakannya, ditepatinya, . Dari tingkah laku yang dikatakan “ satu kata dengan dengan perbuatan artinya kebiasaan yang sering dilakukan Habib Idrus.
4. Dapat mengendalikan hawa Nafsu
Hal ini bisa terlihat ketika ada seorang pemuda yang berada di Poso, yang bertanya dengan sinis dan kurang sopan, akan tetapi Habib Idrus bin salim al-Djufri tidak marah dan tetap berwibawa dalam menjawab soal tersebut, seketika orang kagum terhadap beliau karena tetap berwibawa.
5. Teguh Pendirian dan Berani
Sifat teguh dan pendirian merupakan salah satu ciri khas beliau sebagai contoh Habib Idrus pernah menjual pembungkus Radio yang pada saat itu ditanyakan oleh Kolonial Jepang dengan pendirian yang teguh beliau menjelaskan beberapa penjelasan mengenai radio tersebut, dan akhirnya beliau tidak ditangkap dan bebas karena beliau tetap teguh dengan pendapat awal.
f. Habib Idrus Sebagai Tokoh Pendidikan
Berawal dari masa mudanya beliau sudah mengaplikaskan ilmunya mulai dari beberapa masdrasah yang di binanya kemudian mengajar, serta masuk dalam pergurunan tinggi. Bahkan beliau menyempatkan diri sebagai pengajar di kota Solo dan Tebuireng.
Setelah itu beliau mempunyai mimpi untuk membuat madrasah dan itu terlaksana di kota Palu yang berawal dari kota Wani, kemudian diawali dengan beberapa murid hingga menjadi sebuah madrasah dan lembaga dan sekarang telah dilengkapi dengan perguruan Tingginya yang bernama UNISA (Universitas Al-Khairat)
g. Habib Idrus Merupakan Tokoh Politik
Hal ini bisa terlihat dari beberapa kesempatan beliau yang mampu menagajak berunding terhadap kolonial Inggris, Belanda, dan Jepang. Sebagai salah satu contoh beliau pernah ditangkap Belanda karena telah mendirikan sekolah yang diduga oleh Belanda cikal bakal pemberontakan di Sulawesi Tengah.
Beliau juga terlibat dalam peristiwa Aden yang mengakibatkan berpisah dengan istrinya dan anak-anaknya. Peristiwa aden ini ialah peristiwa penangkapan di Pelabuhan Aden pada saat itu beliau membawa surat rahasia dan hal tersebut diketahui oleh pemerintahan Inggris, awalnya surat itu akan disampaikan kepada liga Arab guna untuk mengajukan jalam damai. Habib berunding dengan tentara Inggris dan mengakibatkan beliau pindah ke Indonesia.
h. Kekeramatan Habib Idrus bin Salim al-Djufri.
Setiap Ulama ataupun seorang Habib mempunyai keistimewaan tidak terkecuali oleh Habib Idrus bin Salim al-Djufri , dan sangat banyak peristiwanya dan hal tersebut diceritakan langsung oleh murid-muridnya bahkan kekeramatan beliau datang dihdapan orang banyak.
Misalnya kejadian yang diceritakan oleh H. Amin beliau menceritakan : ketika itu beliau (H.Amin) bersama Habib Idrus pergi berlayar naik perahu, seketika imamah Habib Idrus terbang ke tengah lautan, pada saat yang bersamaan Habib Idrus langsung menyuruh muridnya, yang kebetulan pada saat itu H. Amin padahal perahu berada ditengah laut. Akan tetapi sungguh aneh H. Amin tidak tenggelam ketika mengambil Imamah Habib Idrus bahkan H. Amin melewati laut hanya sebatas puser. Masya Allah …!
Terdapat pula kejadian aneh pada saat Habib Idrus bin Salim al-Djufri saat pergi ke Luwuk pada saat itu mobil Habib lagi rusak dan Habib beserta rombongan menunggu mobil lewat. Akhirnya tiba-tiba mucul mobil Jib Wills di Ampana, menurut sopir tadi mobil Jib ini tidak bisa diprediksi akan sampai kota Luwuk. Akan tetapi dengan mengikuti petunjuk dari Habib Idrus maka rombongan dan Habib Idrus naik ke mobil dan dengan izin Allah mobil tadi sampai ke Luwuk tanpa mengisi bensin dan tanpa memperbaiki mobil, pada kenyataannya mobil JIbb tadi kekurangan bensin dan tersendat-sendat kalau jalan.
Adapula kejadian di Asrama suatu waktu anak-anak asrama meminta uang kepada Habib karena mereka tidak memiliki uang, pada saat yang bersamaan Habib juga tidak mempunyai uang, akan tetapi Habib berkata kepada anak-anak asrama agar bersabar. Atas izin Allah setelah beberapa jam tiba-tiba ada bapak pos memberikan wesel yang berisikan uang, dengan demikian permintaan anak-anak terpenuhi dan akhirnya mereka belanja dan makan bersama. Masya Allah … !
i. Syair Syair Yang di Ajarkan Habib Idrus di al-Khairat
قال الشاعر في سوع الحفظ
شكوت إلي وقيع سوء حفظي ± فأرشدني إلي ترك المعاصي
وأخبرني بأن العلم نورا ± و نور الله لا يهدي لعاصي
Berkata ahli Syair tentang kejelekan Hafalan
Saya mengadu kepada waqi tentang sulitnya hafalan saya
Dan saya diberi tahu tentang untuk meninggalkan maksiat
Dan saya diberitahu bahwa ilmu itu cahaya
Dan Cahaya Allah akan tidak akan diberikan kepada orang yang bermaksiat

قال الشاعر في صاحب الأخبار
إذا كنت في قوم فصاحب خيارهم ± فلا تصحب الرد فتردى مع الردى
عن المرأ الأتسل وسل عن قرينه ± فكل قرين بالمقارن يقتدي
فإن كان شرا فجانبه سرعة ± فإن كان خيرا فقارته تهتدي
Berkata Ahli Syair tentang Teman Baik
Bila mana engkau berada disuatu kaum maka carilah teman baik
Maka janganlah engkau menemani orang jahat maka engkau akan jahat pula
Dari seseorang bertanya tentang ahwalnya
Dan tiap tiap orang itu mengikuti sifat temannya
Bilamana ia jahat jauhilah dengan cepat
Bilamana ia kaudapati ia baik maka dekatilah

Friday, July 23, 2010

Inteletual Publik dan Intelegensia

Saya teringat kepada pernyataan oleh Prof Azumardi Azra yang mengatakan bahwa dalam dunia pendidikan terdapat dua kategori pendidik atau sring disebut dengan intelektual.
Intelektual publik dan intelgensia. Perbedaanya cukup mendasar yaitu jika kita berbicara intelektual publik maka kita akan memasukan unusur politik didalamnya, unsur pendidikan didalamnya, unsur pengembangan di dalamnya dan hal ini terkait dengan melibatkan diri untuk terjun sebagai seorang yang ingin mengembangkan pendidikan nasional khususnya ditempat dia bekerja. Sedangkan intelegensia hal ini terkait dengan personalnya khususnya berkaitan dengan pengajaran. Hal ini berbeda antara satu dengan yang lainya kemudian hal ini menjadikan dua orang inteletual yang saling membantu jika keduanya bergabung dalam satu kampus maka akan tercipta suatu lembaga pendidikan yang sangat kokoh . sebagai contoh intelektual publik menciptakan lembaga yang kokoh karena atas dasar pembangaunan sebuah lembaga sedangkan intelegensia menciptakan individu-individu yang mampu berkompetisi dalam hal maklumat (isi kepala yang diajarkan)

Inteletual Publik dan Intelegensia

Wednesday, July 14, 2010

Nasib Sepak Bola Indonesia

Piala Dunia 2010 sudah berakhir, akan tetapi cerita dibalik event teakbar ini masih membekas diingatan kita. Mulai dari kiper inggris, jatuh Italia, pembantaian Argentina, hingga Gurita Peramal.
Sungguh menarik jika kita perbincangkan satu persatu gelar akbar tersebut. aneh sungguh aneh di Indonesia di Ambon pendukung Argentina mengamuk karena keseblasan Argentina kalah dari Jerman. Di kota maluku juga terdapat pendukung Belanda bentrok dengan pendukung Spanyol dan hal itu pula terjadi di berbabagai kota-kota di Indonesia.
Sungguh Ironis di South Afrika tidak terjadi hal tersebut bahkan mereka dengan sportif menangis bahkan saling berjabat tangan menerima kekalahan dari tanah air mereka.
Sedangkan rakyat Indonesia justru berkelahi terhadap negara orang lain, emang aneh negara kita, atau ini semua akibat Timnas sudah pentas dibela. Ini merupakan "tamparan" bagi Timnas kita karena sudah tidak layak dibelas. hingga pejabat pun ikut milih milih negara prang lain.
Timnas-Timnas sungguh kasian sekali nasibmu, ketika ada perhelatan sepakbola Dunia, komentar-komentar miring hinggap di PSSI hingga di caci maki, bahkan ada orang yang masuk di Lapangan Gelora Bung Karno. Malu donk ................ ingat sama prestasimu. dari jutaan banyak penduduk Indonesia masa seh nggak ada yang hebat ........... kasian deh Timnas . makanya sebelum berlatih tanamkan pada diri setiap pemain cinta uang atau cinta Tanah Air . Itu yang penting. Solusi yang saya tawarkan ialah coret nama-nama orang yang terlalu cinta materi dari pada cinta tanah air.......

Nasib Sepak Bola Indonesia