Tuesday, May 18, 2010

MAMAMIA AJANG PENCARIAN BAKAT YANG RELA MENGHILANGKAN RASA KEMANUSIAAN

Saya terkejut mendengar ada seorang Mama yang rela tidak mengikuti acara pembacaan, bahkan tidak berduka, padahal orang tuanya meninggal . Demi untuk tampil di televise dan demi uang, dia mengyimpan rahasia itu demi anaknya yang akan tampil buka-buka-an di depan public. Alasan mama tadi agar anaknya bisa sukses di panggung karena anaknya akan tampil di panggung. Ini terjadi pada tahun 2010 tanggal 14 Mei.
Dalam hadits Nabi dijelaskan bahwa sanya semua anak itu fitrah , tergantung orang tuanya membawa dia kedalam kafir, Yahudi, Islam. Ini menjadi rujukan penulis bahwa sanya bimbingan itu sudah hilang, mereka merasa bahwa sanya anak yang di titip kepada mereka dijadikan alat guna menghasilkan ketenaran, yang anehnya dicari ialah perempuan bukan lelaki.
Padahal perempuan itu sangat senang dipuji bahkan hal tersebut dijadikan alat agar mereka dipuji di depan panggung, menjadikan diri mereka merasa bahwa gue bisa cari duit, yang terjadi bahwa sanya perempuan tadi bisa hidup tanpa pedamping dan akhirnya perempuan menjadi merasa sama dengan lelaki, sehingga perempuan merasa bahwa dirinya hanya butuh lelaki saat sex aja, bukan kebutuhan imam, bukan kebutuhan nafkah, hany dijadikan kebutuhan sex semata sehingga akan tercipta keyakinan perempuan untuk menceraikan suaminya karena kurang perkasa di ranjang, kurang uang, bahkan kurang tampan.
Terlalu banyak yang bisa dijadikan contoh sehingga hal ini sangat gampang didepan public, dahulu kala para istri takut untuk dicetaikan suaminya, karena dia merasa tidak mendapatkan nafkah dan tidak mendapatkan imam. Akan tetapi sekarang para perempuan menjadi kebablasan dalam menampilkan dirinya, RA Kartini bukan manjadikan perempuan itu perkasa atau pencari duit akan tetapi beliau ingin mencerdaskan perempuan bukan menjadikan perempuan itu beraksi di atas panggung seperti Ajang MAMIA Show.
So kita mesti tau diri bahwa sanya ajang-ajang pencarian bakat menjadikan perempuan bangkit dari sifat kalem , dan penyayang, bahkan ada anak perempuan yang rela meninggalakan ibunya, ada juga seorang istri yang terlihat anaknya lagi selingkuh dan mereka merasa fine-fine aja tanpa merasa bersalah. Perempuan sekarang sudah menjadi terlalu berani untuk melawan lelaki sehingga suatu saat nanti akan tercipta persamaan hak dan kewajiban antara lelaki dan perempuan so kita mesti sadar bahwa ajang tersebut menjadikan kita berfoya-foya .
Dahulu Islam sangat memuliakan perempuan, bahkan perempuan diangkat menjadi periwayat hadits, sebagai penyuplai makanan, bahkan dikhususkan untuk sahabat-sahabat Nabi, Saya teringat Nabi Muhammad saw pernah diberikan budak perempuan, karena beliau sangat menghormati perempuan maka perempuan tersebut di kawininya sehingga tidak timbul fitnah. Ketika Aisyah perang melawan Ali bin Abi Thalib , Ali menyuruh orang agar membawa Aisyah pulang ke rumah demi keselamatannya dalam perang. Kalau tidak salah dalam perang siffin.
Secara tidak langsung Mamia telah menghilangkan semua hal itu bahkan perempuan dalam panggung di suruh membuka aurat, bahkan suara perempuan itu juga aurat. Ini merupakan kasus yang kita sendiri tidak sadari, bahkan anak-anak perempuan sekarang dicuci otaknya agar bisa tampil semewah mungkin dengan berbagai kosmetik. Ini merupakan budaya barat yang sudah merusak dunia timur khususnya Indonesia. Mereka membawa alat kosmetik sehingga untuk meramaiakan pemasaran dirubahlah unsure kecantikan mulai dari langsing hingga mata, pinggul, betis dan macam-macam. Saya teringat buku dari M. Quraish Shihab dijelaskan bahwa dahulu kala kecantikan itu dinilai dari tubuhnya kalau gemuk maka dikatakan cantik karena wanita tersebut artinya subur,sekarang berubah drastis mulai dari alat pelangsing hingga sampai alat penata rambut.
Kita mesti sadari bahwa sanya otak kita udah dicuci oleh media elektronik dan kita sendiri tidak sadari. Saya hanyalah manusia biasa bukan malaikat yang sok suci, tapi kita mesti saling mengingatkan satu sama lain watawasaubil haq watawa saubisobri. Jadi waspadalah agar kita tidak terjerumus lagi.

No comments:

Post a Comment

What is your opinion about this article