Tuesday, December 28, 2010

Menyikapi Kekalahan Indonesia dari Malasyia (skor 3-0)

Tulisan ini bukan menyulut kemarahan atau memancing pertikaaian akan tetapi tetapi tulisan ini dibuat sebagai bahan introspeksi diri kita ada ? dan Kenapa Negeri ? apakah ada yang salah negeri ini ?
Dalam tulisan saya sebelumnnya banyak mengaitkan sesuatu dengan agama, hal ini pun sama, aspek moral bangsa ini perlu dikaji karena apakah kita sudah layak ujub takabur dan sombong kepada negeri lain. ?
Walaupun di mulut kita mengucapkan kita perlu khawatir kepada Malaysia akan, dan tidak boleh membanggakan diri. akan tetapi apakah hati setiap manusia itu seperti itu dan manusia ini menggambarkan bangsa Indonesia dan terlihat euforia yang terlalu menjelekkan-jelekkan bangsa lain.
apakah ini layak dijadikan juara, seorang juara adalah seorang yang dihina dan dijerat bahkan di maki-maki secara sporadis akan tetapi bangsa Malaysia diam saja dan tidak berkata apa-apa dan hanya spontanitas saja apa yang mereka ucapkan.
Klub juara adalah klub yang sabar dan mampu menahan emosinya dalam situasi manapun sehingga bisa manjadi champion. tenamnkan pada diri kita bahwa kita adalah bangsa Indonesia yang tidak menghina siapapun dan bermartabat sehingga kita layak jadi juara ?
Semakin kita menghina Malaysia, kita akan semakin dikatakan bangsa yang kanak-kanak karena belum mampu mengkoordinisir hati kita agar bersikap tenang, dan tidak menyalahkan seperti laser, gatal-gatal.
Penulis teringat ketika Jose Mourinho menjalankan sepak bola negatif ketika masih menangani Inter, pada saat itu Inter mengahadapi Barcelona yang difavoritkan juara, bahkan Jose dihina karena seolah-olah Inter tidak bermain sepkabola karena tidak ada permainan bola yang diterapkan akan tetapi hanya membuang bola saja.
Akan tetapi Jose hanya berkata inilah sepakbola harus pragmatis, dan akhirnya pujian melayang kepada Jose karena mampu mengantarkan Inter Juara dengan sepakbola pragmatisnya ?
Jika Indonesia ingin juara maka bersikaplah seperti Jose yang walaupun dikritik dia tetap berdiri, saya pribadi melihat sosok Jose ada pada diri Malaysia walaupun dikritik dia tetap santai dan hanya membalas dengan spontan saja.

Saturday, December 25, 2010

Kalau Mau Tinggal di Jakarta harus Abnormal

Tulisan ini bukan menghina atau menjatuhkan, akan tetapi kepedulian penulis terhadap lingkungan setempat. Pada dasarnya orang-orang itu hidup dalam tingkat kewajaran, akan tetapi jika kita bandingkan dengan kehidupan Jakarta, sungguh prihatin.
Pada pagi hari orang-oramg harus bangun jam 4 pagi, dalam hal ini Islam sangat menganjurkan,akan tetapi ini dikerjakan bukan karena Allah akamn tetapi karena duit, bukan karena Allah, kemudian setelah pergi di jalanan sudah betemu dengan berbagai macam orang mulai dari wajahnya ceria hingga wajahnya cemberut semua ada.
Setelah itu jika pada saat siang hari beberapa orang makan di pinggir jalanan, tanpa mengtehui apa yang mereka makan, apakah ini normal, begitu banyak jajanan di pinggir jalan mulai dari sekolahan, kampus dan perkantoran begitu banyak, bahkan bagi saya jumlah pembeli dan penjual tidak seimbang karena begitu banyak penjual, ya ALLAH ?
Setelah itu pada saat sore hari pulang dan bertemu dengan orang-orang yang bermacam-macam pula, mulai dari stres di kantor hingga senang habis ketemu pacarnya, sesampai di jalan macet pula, akhirnya prediksi waktu yang diperlukan gagal karena faktor macet. semua hal ini dilakukan di kota-kota Besar terutama di Jakarta.
Maka untuk menyalaraskan kehidupan itu maka seseoarang tinggal di Jakarta harus hidup tidak biasa misalnya biasanya bagun pagi jam 5 maka dia harus bangun jam 4, kedua yang awalnya berpikiran baik dan tenang akhirnya ketika ditengah perjalanan jadi marah-marah karena macet, ketiga pulang biasanya hanya satu jam maka pulang kantor atau kampus menjadi malam.
Apakah ini namanya kehidupan, apakah kita senang atau merasa terbebani silahkan anda yang jawab dan anda yang mengalaminya ? apakah ini karena uang sehingga kita menjadi tidak normal ?
Satu lagi yang perlu diingat bahwa sekali kita berbuat kejahatan di jakarta pasti akan diigat , dan jika kita berbuat kebaikan maka akan disangka pasti ada maunya ? jadi mau apa silahkan coba pikirkan tulisan ini baik-baik semoga kita bisa memperbaiki menjadi lebih baik dan normal //??????

Wednesday, December 22, 2010

Oppression of women by women unwittingly

Human rights is discussed by Western submarines as a means to equate women with the excuse that there has been slavery in women and it can be seen from the Islamic civilization and Islamic civilization before.
Islam as a religion of perfection come from other religions. At the time Islam has not come, many of the companions of marriage contract, then Islam came and formulate the concept of marriage was sendir. Then Islam changed everything by using the dowry sebgai appreciation for women.
Besides marriage, Islam also prohibits marriages that many, if you could just then marry two, three, or four, but if it is difficult then one only, this is a recommendation to marry one woman only.
Women in Islam are protected in terms of this outfit can be seen from the viewpoint of female genitalia fighi that restrict only the face and palms, if this is not maintained it will tempt the men, so it was obvious that Islam protects women.
However, human rights come in and change everything, which is made by the human rights equation. make some women feel themselves as leaders say Amina Wadud, then she made the appeal in a product, several products using women as tools to attract consumers, and women who serve as a tool to feel himself working, when they were enslaved.Thus came the SPG (sales promotion girl) then she was released on his work so timbulah memilh female soccer, female boxing, even guard petrol stations from women.
Though Islam has come to protect women who always told at home, and keeping her husband's estate, manjaga children in order to raise dignity, in the hadith of the Prophet explained that every person and every leader beratnggung leaders accountable for what they lead. The woman was the leader for keluargnya and their children in this case does not mean the head of the family but rather to maintain honor her husband who became a big question?
Which is better protect women human rights or Islamic?
Do women realize that they have diperbudah by human rights?
Does Islam really keep kohormatan Women?
women please think about it?

Friday, December 3, 2010

Tafsir al-Furqan karya Ahmad Hassan

A.Pendahuluan
Al-Qur’an adalah kitab suci yang paling dimuliakan oleh Umat Islam. Al-Qur’an harus dijadikan sebagai teman berdialog dalam kehidupan, sehingga fungsinya menjadi sebagai nash akan kekal sepanjang masa. Selama ini al-Qur’an hanya dibaca dan orang-orang hanya mengharapkan pahala dari al-Qur’an itu sendiri, tanpa menganalisisnya serta menghayati maknanya secara mendalam.
Hal ini tidak hanya terjadi di beberapa Negara lain akan tetapi terjadi pula, di Negara Indonesia. Walaupun Islam datang ke Indonesia sudah berabad-abad, akan tetapi al-Qur’an belum dijadikan sebagai pedoman hidup hanya berupa amalan, bahkan sebagian al-Qur’an dijadikan jimat, mantra-mantra.
Jika dilihat dari sejarah turunnya al-Qur’an di kota Madinah dan Makkah, sebagian sahabat yang masuk Islam sangat senang mengamalkannya. Bahkan diceritakan al-Qasim bin sallam bahwa para sahabat ketika menghimpun al-Qur’an di dalam dadanya masing-masing, menghafalnya dengan sangat baik. Asumsi penulis maksud menyimpan al-Qur’an dalam dada mereka ialah meresapi, serta menghayati dari setiap ayat yang mereka dapat dari Rasulullah saw, bahkan beberapa peristiwa terkait langsung dengan kelakuan para sahabat, seperti dalam Q.S al-Nisa>’ ayat 43 “ Hai orang-orang beriman janganlah kamu shalat sedang kamu dalam keadaan mabuk…”
ياأيها الذين ءامنوا لا تقربو الصلوة و أنتم سكرى ( النساء : 43)
Bagi penulis ayat ini sangat mengganggu sahabat pada saat itu, karena kebiasaan sahabat adalah meminum khamar. Akan tetapi mereka meresapi dan menghayati dengan benar ayat ini , sehingga ayat ini sampai kedalam dada mereka dan mengamalkannya. Dan tidak minum khamar ketika melakukan shalat.
Jika kita mengambil ibrah dari pengalaman sahabat, dan meresapi al-Qur’an, maka niscaya ilmu al-Qur’an bisa dipahami oleh masyarakat Indonesia, sehingga tidak ada istilah al-Qur’an dijadikan jimat, di taruh ditempat yang tinggi atau bahkan di taruh di kantong dengan alasan semoga selamat.
Al-Qur’an sebagai kitab suci yang sifatnya umum (global), sehingga membutuhkan penafsiran guna untuk lebih mendapatkan substansinya. Dalam hal ini Nabi saw adalah penjelas yang sah dan tidak ada perdebatan mengenai ini, dan tidak ada seorang muslim pun yang dapat menggantikan beliau. Penjelasan Nabi mengenai al-Qur’an bisa berupa perbuatan, perkataan dan taqrῑr.
Akan tetapi hal ini tidak bisa dijadikan tolak ukur, karena Nabi saw tidak menjelaskan seluruh ayat. Sehingga menafsirkan al-Qur’an tanpa ra’yu pada dasarnya bersifat utopis. Walaupun hadits Nabi saw dari Ibn Abbas yang mengatakan “Barangsiapa berbicara tentang al-Qur’an sesuai dengan pendapat pribadinya (bi ra’yu) dipersilahkan untuk mengambil tempat duduknya di neraka”.
Meskipun hadits nabi ini jelas, akan tetapi sejak kekuasaan khulufa>’u al-Rasyidi>n situasi dan kondisi yang berkembang berbeda dengan zaman Nabi saw, sehingga dibutuhkan penafsiran-penafsiran yang baru mengenai al-Qur’an.
Perbedaan kondisi ini pula yang menyebabkan beberapa mufasir Indonesia, ingin menafsirkan al-Qur’an guna memberi penjelasan yang komprehensif kepada masyarakat Indonesia sebut saja Abd Rauf al-Sinkl, Mahmud Yunus, Hasbi ash-Shiddieqi, Oemar Bakri, HB. Jassin (mengaitkan al-Qur’an dengan puisi), dan lain sebagainya. Bahkan terdapat seorang mufasir Indoneisa yang mengaitkan ayat al-Qur’an dengan pancasila seperti Bahrum Rangkuti.
Salah satu mufasir yang dibahas dalam makalah ini ialah Ahmad Hasan yang mempunyai kitab tafsir yang diberi nama al-Furqa>n. Sangat menarik untuk membahas Tafsir al-Furqa>n ini karena beliau salah satu pendiri dari PERSIS, alasan lain mengapa penulis ingin membahas mengenai Ahmad Hasan ialah karena banyak hal-hal yang kontroversial, khususnya mengenai pemikirannya.
B. Mufasir Ahmad Hasan
Pada bagian ini penulis, akan menceritakan beberapa hal mengenai Ahmad Hasan, mulai dari biografinya, hingga pendidikannya, beserta keluarganya, pembahasannya sebagai berikut.
1. Lahir dan Wafat Ahmad Hasan
Nama aslinya adalah Hassan bin Ahmad, ibunya bernama Muznah orang Indonesia, sedangkan ayahnya bernama Ahmad, seorang India. Ia lahir di Singapura pada tahun 1887 M, akan tetapi nama akrabnya menjadi Ahmad Hassan, meski lahir di Singapura, Ahmad Hassan tidak pernah menyelesaikannya hingga sekolahnya di Singapura. Beliau masuk di sekolah Melayu dan menyelesaikan hingga kelas empat. Ketika menempuh pendidikan inilah ia belajar bahasa Arab Melayu, Tamil, dan Iggris. Perhatiannya hanya pada bahasa Arab sehingga ia sangat mengusainya.
Sang ayah pernah menjadi redaktur majalah Nur al-Isla>m (sebuah majalah sastra Tamil), selain sebagai penulis beberapa kitab berbahasa Tamil dan beberapa terjemahan dari bahasa Arab. Bahkan sang ayah sangat ahli dalam hal bahasa dan agama, dan hal ini berlanjut kepada anaknya yaitu Hassan.
Adapun beliau wafat pada tanggal 10 November tahun 1958 M, beliau wafat di Bangil dan ketika beliau wafat telah berdiri sebauh pesantren Persis di Bangil, di temapt inilah Ahmad Hassan mempunyai banyak santri dan pengikutnya.
2. Pendidikan Ahmad Hasan
Saat mengenyam pendidikan di sekolah Melayu inilah ia belajar bahasa Arab, Melayu, Tamil, dan Inggris. Pada usia tujuh tahun, sebagaimana anak-anak pada umumnya, ia belajar Alquran dan memperdalam agama Islam hal ini terjadi pada saat Ahmad Hassan berusia tujuh tahun.
Pada usia 12 tahun, A Hassan belajar mandiri dengan bekerja di sebuah toko milik iparnya. Sambil bekerja, ia menyempatkan diri belajar privat dan berusaha menguasai bahasa Arab sebagai kunci untuk memperdalam pengetahuan tentang Islam. Dia juga mengaji pada Haji Ahmad di Bukittiung, dan pada Muhammad Thaib, seorang guru yang terkenal, di Minto Road.
Ahmad Hassan banyak mempelajari ilmu nahwu dan sharaf dari Muhammad Thaib. Sebagai orang yang keras kemauannya dalam menuntut ilmu, ia tidak keberatan jika harus datang dini hari sebelum Subuh. Namun, karena merasa tidak ada kemajuan setelah kira-kira empat bulan belajar nahwu dan sharaf, ia memutuskan untuk beralih mempelajari bahasa Arab pada Said Abdullah al-Musawi selama tiga tahun.
Selain itu, ia juga belajar kepada pamannya, Abdul Lathif (seorang ulama yang terkenal di Malaka dan Singapura), Syekh Hasan (seorang ulama yang berasal dari Malabar), dan Syekh Ibrahim (seorang ulama dari India). Beliau mempelajari dan memperdalam Islam dari beberapa guru tersebut sampai kira-kira tahun 1910, menjelang usia 23 tahun.
Selain memperdalam ilmu agama Islam, dari tahun 1910 hingga tahun 1921, Ahmad Hassan melakukan berbagai macam pekerjaan di Singapura. Dari tahun 1910 sampai tahun 1913, ia menjadi guru tidak tetap di madrasah orang-orang India yang terletak di Arab Street, Baghdad Street, dan Geylang Singapura.
Ia juga menjadi guru tetap di Madrasah Assegaf di Jalan Sulthan. Sekitar tahun 1912-1913, ia menjadi anggota redaksi surat kabar Utusan Melayu yang diterbitkan oleh Singapore Press. Berbagai pekerjaan lainnya, ia geluti tanpa rasa lelah. Ia pernah menjadi buruh toko, pedagang tekstil, permata, minyak wangi, bahkan menjadi agen distribusi es dan vulkanisir ban mobil. Ia juga pernah menjadi juru tulis di kantor jamaah haji di Jeddah Pilgrims Office Singapura. Selain itu, ia juga menjadi guru bahasa Melayu dan bahasa Inggris di Pontian Kecil, Sanglang, Benut, dan Johor.
Selain menulis buku-buku, menerbitkan majalah-majalah, menyusun tafsir Al-Quran pertama di Indonesia, dan mendidik para santri, ia pun banyak melahirkan tokoh ulama besar hasil didikannya, antara lain Mohammad Natsir, Isa Anshary, Abdurrahman, dan KH Rusyad Nurdin. Beliau juga sangat mempengaruhi Islam Presiden Indonesia yang pertama yaitu Soekarno. Berdasarkan riwayat-riwayat sejarah bahwa banyak buku-buku dan majalah-majalah yang dibaca oleh bung Karno ketika, beliau berada di Ende.
3. Pemikiran Ahmad Hasan
Pada tahun 1912 Ahmad Hassan sudah menulis beberapa artikel di Singapura, bahkan sebagian tulisannya kadang-kadang mengkritik hakim seperti mengecam keras terhadap Qad{i (hakim) yang memeriksa perkara dan mengumpulkan mereka semua dalam satu tempat. Beliau berkerja hingga tahun 1916.
Pada tahun 1928 Hassan berangkat ke Surabaya guna menguurus toko gurunya yang bernama Abdul Latif. Adapun pesan gurunya kepada Ahmad Hassan agar jangan bergaul kepada Faqih Hasyim, karena Hasyim adalah seorang Wahabi. Di Surabaya Ahmad Hassan tinggal di rumah pamannya yang bernama Abdul Hakim. Beliau menganjurkan Ahmad Hassan agar bertemu dengan KIA Wahab Hasbullah.
Secara kebetulan telah terjadi perdebatan kaum tua dan muda di Surabaya pada tahun 1921. Perdebatan kaum muda di wakili oleh Faqih Hasyim, dalam hal in beliau banyak mengambil pendapat dari Abdullah Ahmad, Abdul Karim Amrullah, dan Zainuddin Labay. Perdebatan yang di maksud ialah pengucapan kata us}alli> , dalam hal ini KIA Wahab bertanya kepada Ahmad Hassan mengenai pengucapan hal tersebut, lalu Ahmad Hassan menjawab hal itu merupakan sunnah . Bagi Ahmad Hassan hal itu terdapat dalam kitab Sohi>h Bukha>ri dan kitab-kitab yang lain, akan tetapi Ahmad Hassan tidak menemukan bahwa hal itu sunnah dan beliau mengikuti kaum muda dan berkesimpulan bahwa pandangan kaum muda yang diwakili Faqih Hasyim itu benar . Pada akhirnya Faqih Hasyim berteman dengan Ahmad Hassan karena mereka berdua satu pemikiran.
Pada tahun 1926 beliau masuk PERSIS dan pada beliau ikut karena beliau tinggal di rumah Muhammad Yunus yang merupakan pendiri PERSIS, seiring dengan berjalannya waktu Ahmad Hassan di identikan dengan PERSIS atau sebaliknya.
Ahmad Hassan juga terkenal dengan sebutan ulama kodok, karena beliau membolehkan orang memakan kodok. Beliau juga sangat menentang pemikiran kebangsaan yang dibangun oleh Soekarno dan Soetomo adalah paham asya>biyah yaitu fanastime kesukuan dan hal ini ditentang dalam agam Islam, kritikan ini sangat besar. Hal ini membuktikan bahwa Ahmad Hassan itu tidak memandang orang yang dikritiknya.
Ahmad Hassan juga mengkritik Hasbi ash-Shiddieqy, Bey Arifin, Husen al-Habsyi mengenai masalah mazhab. Menurut Ahmad Hassan mazhab itu sama dengan taklid dan hal ini dianggap meyimpang dalam masalah agama Islam.
C. Seputar Tafsir al-Furqa>n
Tafsir al-Furqa>n adalah karya besar dan penting yang dimiliki oleh Ahmad Hasan. Penulisan tafsir ini merupakan langkah pertama dalam sejarah penerjemahan al-Qur’an kedalam bahasa Indonesia dalam kurun waktu 1920-1950. Bagin pertama tafsir ini diterbitkan pada tahun 1928, sedangkan edisi kedua diterbitkan pada tahun 1941, namun hanya sampai surat Maryam, sedangkan tafsir ini selesai hingga tiga puluh juz, terjadi di tahun 1953 atas bantuan pengusaha Sa’ad Nabhan. Penjelasan mengenai tafsir ini akan dijelaskan secara komprehensif pada bagian, adapun penjelasannya sebagai berikut.
1. Latar Belakang Penulisan Tafsir
Pada dasarnya Ahmad Hassan tidak menjelaskan secara komprehensif dan eksplisit mengenai latar belakang penulisan karya Tafsir al-Furqa>n, akan tetapi hal ini bisa dilihat dari mukadimah tafsirnya, terdapat tiga latar belakang penulisannya yaitu :
a) Bagi Ahmad Hassan al-Qur’an dan Hadits sangat lah penting, sehingga sebuah karya tafsir bisa dijadikan sebagai bahan bacaan yang berguna untuk memecahkan beberapa masalah umat.
b) Anggota PERSIS ingin sekali mempunyai pegangan bacaan sebuah tafsir, sehingga dapat memudahkan mereka memahami al-Qur’an.
c) Atas dorongan pengusaha penerbit buku yang bernama Sa’id Nabhan sehingga beliau mampu menerbitkan sekaligus menyelesaikan Tafsir al-Furqa>n
2. Manhaj (pendekatan) Penafsiran
Manhaj dalam tafsir ini adalah bil ra’yi. Alasan penulis mengklaim tafsir bil ra’yi karena metode yang dipakai adalah metode kebahasan, sehingga sangatlah jelaslah bahwa A.Hasan menggunakan ra’yu. Alasan lain ialah penjelasannya sangat diperluas dengan keterangan tambahan dari A. Hasan sendiri yang sumbernya berasal dari beliau sebagaiaman contoh dalam Q.S al-Baqarah ayat 10 :
في قلوبهم مرض فزادهم الله مرضا ولهم عذاب أليم بما كانو يكذبون {البقرة : 10}
Artinya : Didalam hati mereka ada penyakit,lalu Allah menambahkan penyakit kepada mereka. Bagi mereka siksaan yang pedih karena mereka telah berdusta.
Adapun pada bagian ini A.Hassan memberi penjelasan mengenai pada ayat ini dengan member endnote penjelasannya sebagai berikut “Di dalam hati mereka yang munafik terdapat penyakit dengki terhadap orang-orang Islam, maka Allah member kemenangan dan kemajuan kepada kaum muslimin kemenangan itu menambah penyakit mereka karena orang yang dengki, biasanya bertambah sakit hatinya jika melihat musuhnya bertambah maju dan mendapatkan nikmat. Oleh karena itu, kaum munafik akan mendapatkan siksa yang pedih karena mereka berdusta, yaitu berkata bahwa mereka sudah beriman, padahal sebenarnya tidak.
3.Ṭari>qah (Metode) Penafsiran
Pada dasarnya metode yang digunakan A.Hasan adalah penerjemahan harfiyah. Metode ini merupakan bagian dari pada metode ijmali (global). Yaitu sebuah metode penafsiran yang mencoba menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an secara ringkas dan padat, tetapi mencakup (global). Metode ini juga mengulas setiap ayat al-Qur’an dengan sangat sederhana, tanpa ada upaya untuk memberikan pengkayaan dengan wawasan yang lain, sehingga pembahasan yang dilakukan hanya menekankan pada pemahaman yang ringkas dan bersifat global.
Walaupun banyak kalangan yang mengatakan tafsir ini ijamli, akan tetapi asumsi penulis bahwasanya tafsir ini tahli>li, alasan penulis karena karya ini menjelaskan secara detail, sifatnya komprehensif serta berdasarkan mushaf ‘uthma>ni.
4. Lawn (Corak) Penafsiran
Terdapat beberapa corak penafsiran dalam tafsir ini di antaranya corak ilmi dengan alasan dalam tafsir ini terdapat tema-tema penafsiran seperti kesehatan, botani, asrtonomi fisika, geologi. Terdapat pula corak kebahasaan dalam tafsir ini. Hal ini bisa dilihat dari penjelasn A. Hasan mengenai huruf-huruf mutasya>bihat , serta penjelasan mengenai huruf di awal surat.
Akan tetapi corak penafsiran yang paling dominan dalam tafsir al-furqa>n adalah corak bahasa. Hal ini diperkuat oleh keterang langsung dari A. Hasan. Beliau mengatakan “ketika saya melakukan penafsiran sedapat mungkin saya mencari sebuah kata yang tepat untuk menjelaskan suatu ayat, setelah itu saya menerjemahkan dan menafsirakan sebagaia contoh kata a>manna> billa>hi biasanya diterjemahkan dia percaya dengan Allah, akan tetapi A. Hasan menerjemahkan dengan dia percaya kepada Allah”.
5. Rujukan (referensi) Penafsiran
Dalam karya Tafsir al-Furqa>n ini A. Hasan tidak menyebutkan secara jelas referensi penafsirannya akan tetapi hal ini bisa dilihat dari keterangannya mengutip pendapat dari orang lain, di antara referensi yang digunakan dalam karya ini adalah :
 Qaul sahabat yaitu Ibn Abba>s seperti penjelasan alif la>m ra’ yang diambil dari perkataan Ibn Abba>s.
6. Kritikan Terhadap Tafsir al-Furqa>n
Ketika melihat Tafsir Al-Furqa>n, dan membuka lebaran-lembarannya, maka kesan awal yang tersirat adalah bahwa itu sebuah kitab terjemah Al-Quran, bukan kitab tafsir. Karena tidak ada kesan seperti kitab tafsir pada umumnya. Inilah kritik yang diberikan dalam karya ini. Al-Furqa>n layak nya seperti terjemah al-Qur'an sebagaimana terjemahan yang lainnya, yang dibubuhi dengan catatan kaki. Itupun tidak semua surah ada catatan kakinya, bahkan ada surah yang sama sekali tidak ada catatan kakinya, seperti surah Quraisy.
7. Sistematika Penulisan Kitab Tafsir
Bagi penulis Tafsir al-Furqa>n ini adalah tafsir yang sangat komprhensif, karena didalamnya termuat berbagai macam penjealasan mulai dari sejarah al-Qur’an, ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an serta huruf yang terkait dengan penjelasan mengenai ayat al-Qur’an itu sendiri, adapun sistematika nya sebagai berikut :
a. Pada bagian awal kover dalam Tafsir al-Furqa>n dicantumkan nama mufasir, penyunting, serta penerbit, disertai dengan tahun cetakan
b. Pada bagian pengantar tafsir ini memuat pengantar dari Prof. Dr. Ir. Zuhal Abdul Qodir. Setelah itu pengantar dari penyunting, kemudian transliterasi
c. Pada bagian pendahuluan tafsir ini, diberi pendahuluan yang ditulis oleh A. Hasan sendiri. Adapun isi pendahuluan nya terdiri dari pasal-pasal sebanyak 33 pasal. Setiap pasal menerangkan menngenai pembahasan tentang al-Quran, misalnya pasal 4, penjelasan mengenai sejarah al-Qur’an.
d. Setelah pendahuluan beliau memasukan glasarium yaitu keterangan beberapa kata-kata kunci dalam al-Qur’an seperti al-Ha>q artinya kebenaran yang nyata. Atau bisa disebutkan kata-kata ilmiah yang disusun secara alphabet.
e. Setelah itu dalam tafsir ini disebutkan beberapa tema-tema pokok al-Qur’an dengan mencantumkan ayat-ayatnya, atau dengan kata lain ini merupakan indeks al-Quran berdasarkan tema. Akan tetapi hal ini bukan ditulis A. Hasan akan tetapi ditulis oleh Abdul Qadir Hassan. Kemudian menempatkan tema-tema berdasarkan keterangannya dan ayat-ayatnya pada bagian berikutnya.
f. Setelah lengkap keseluruhannya barulah A. Hasan mencantumkan daftar isi yang berisikan nama surat dan arti dari nama surat itu sendiri dengan menggunakan bahasa Arab dan bahasa Indonesia.
g. Setelah itu beliau mulai melakukan penafsiran yang di awali dengan surat al-Fa>tihah dan di akhiri dengan surat al-Na>s. Perlu dicatat bahwa penfsiran yang dilakukan sangatlah menarik. Pertama beliau memulai dengan basmalah, pada setiap surat, kemudian beliau mencantumkan arti dari nama surat tersebut, jumlah ayatnya, tempat turunnya surat, dan terjemahan (tafsirannya), pada bagian akhir diberikan catatan akhir pada setiap surat.

Rakyat Indonesia Berbicara Pejabat tutup Telinga

Indonesia-Indonesia ku, kritikan ini bukan berarti penulis merasa benar ataupun menjadi sok tahu. akan tetapi penulis merasa prihatin kepada negara Indonesia ini yang sudah seperti benang kusut.
Masyarakat masih saja mengingat kasus Gayus, hal ini ditambah lagi dengan provinsi DKI Jakarta yang menerapkan pajak kepada pedagang kecil yang usahanya warung nasi. apakah ini yang namanya pejabat publik. Jika sekiranya kita ingin lihat Indonesia maka lihatlah Jakarta, di jakarta ini sudah mencerminkan beberapa provinsi di negara ini. sungguh aneh semakin hari semakin kacau ini Jakarta, bisa dilihat dari jumlah kendaraan jumlah pengangguran, jumlah penduduk. semakin banyak penduduk semakin banyak pula pengangguran yang tercipta mau buktinya ?
buktiknya adalah TKI jika sekirannya warga Indonesia itu sangat betah dan banyak lapangan kerja di Indonesia sangatlah tidak mungkin banyak orang yang berbondong-bondong pergi ke luar negeri.
Hal ini diperparah dengan pengusaha-pengusaha yang hanya menginginkan keuntungan sesaat demi uang. buktinya apa ? banyak penebangan pohon yang terjadi, penebangan dilakukan baru mereka minta izin kepada pejabat setempat, kemudian penjualan saham krakatau Steal, sungguh aneh ya ?
Sebagai contoh China, china adalah negara yang sangat memperdayakan rakyatnya hal ini bisa dilihat dari produksi pesawatnya misalnya membuat balling-baling adalah warga setempat, membuat sayap adalah warga situ pula. Akan tetapi jika kita lihat di Indonesia buruh dijadikan budak yang mengambil unutung sebesar-besarnya adalah sipengusaha sungguh kasian negeri ini. saya yakin hal ini tidak akan sampai ketelinga pemerintah karena pemerintah kita udah tutup telinga.
mau buktinya ? ketika ada TKI yang tersesat dan bertemu anggota DPR, akan tetapi anggota DPR tidak menghiraukan mereka, padahal mereka adalah wakil rakyat, sudah saat nya rakyat bergerak percumalah warga berbicara mereka tidak akan mendengarkan kita sudah cukup lebih baik kita pindah warga negara ataupun kita bisa mogok pemiluu tidak perlu kita ikut meilih wakil rakyat kita ya allah bantulah negara ini.